Senin, 10 November 2014

Pemilihan Presiden 2014



    Pemihan Umum Presiden Republik Indonesia 2014 atau disingkat Pilpres 2014 adalah pertama kali saya berpartisipasi untuk menyuarakan hak saya. Pemilihan umum ini diikuti oleh pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla dan pasangan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono tidak dapat ikut kembali karena ia telah menjabat sebagai peresiden selama dua periode atau dua kali masa jabatan dan di indonesia seorang presiden hanya di perbolehkan menjabat maximal dua periode saja. menurut saya, pilpres ini adalah pilpres yang paling hot (panas) yang pernah saya lihat sampai sekarang.

    Sebelum pemilihan umum, tokoh-tokoh yang ingin mencalonkan menjadi presiden selain Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebenarnya banyak. Tetapi mereka mengurungkan niatnya karena tidak mencapai batas suara/kursi yang diperlukan untuk bisa menjadi seorang Presiden (20% kursi di DPR atau memenangi 25% suara populer).  Contohnya Aburizal Bakrie (Golkar), Wiranto (Hanura), Yusril Ihza Mahendra (PBB), Suryadharma Ali (PPB). Namun pada akhirnya hanya dua orang yang berhasil memenuhi syarat dan menjadi calon pemimpin indonesia yaitu pasangan Jokowi – JK dari partai PDI Perjuangan dan pasangan Prabowo – Hatta dari partai Gerindra, Januari sampai Maret adalah masa kedua pasangan ini berkampanye. Dana kampanye pasangan Prabowo – Hatta  adalah Rp. 166.557.825.711 dibandingkan penerimaannya Rp. 166.559.466.941. Sedangkan pasangan Jokowi – JK adalah Rp. 311.899.377.825 dibandingkan dengan penerimaannya Rp. 312.376.119.823. Debat antar calon presiden pun diadakan di berbagai stasiun TV.

    Dan baru kali ini, saya lihat masyarakat sangat berantusias ingin menyuarakan hak pilihnya. Banyak dari kalangan bawah sampai atas, dari tua sampai anak muda pun terlihat sangat terlihat partisipasinya. Dimana-mana masyarakat membicarakan pilpres 2014 ini. Yang saya lihat, di ruang lingkup teman, saudara, dan keluarga pun saling berpendapat bahkan ada yang berdebat dengan anggota keluarga sendiri karena berbeda pendapat. Bahkan di social media dan internet pun, banyak yang membahas pilpres 2014 ini, mengemukakan pendapat, menunjukkan keunggulan capres pilihannya, membandingkan antara kedua capres, bahkan menyebar kejelekan, isu-isu yang tidak benar tentang calon presiden yang tidak dipilihnya yang akhirnya membuat mereka berdebat bahkan ada yang berkelahi dengan orang lain. Saya rasa tiba-tiba semua rakyat Indonesia jadi ahli politik. Saya kira ini hal yang kurang baik dari sisi sosial, tetapi di sisi lain, sisi partisipasi rakyat terhadap politik, akhirnya masyarakat Indonesia tidak apatis dengan politik yang tentunya menentukan nasib mereka 5 tahun kedepan.

    Pilpres pun akhirnya dilaksanakan 9 Juli 2014. Saya pun pertama kali memilih presiden di kala itu. Setelah saya dan semua masyarakat memilih, quick count di media televisi pun bertebaran. Waktu itu, pemenang sementara versi quick count adalah Joko Widodo – Jusuf Kalla. Setelah dilakukan pengumpulan data oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum), akhirnya diumumkan oleh KPU bahwa yang memenangkan Pilpres Indonesia 2014 adalah pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Ada yang mengadakan pesta rakyat, ada yang bersedih karena capres yang dipilihnya tidak menang. Pihak Prabowo – Hatta mengajukan gugatan ke MK karena merasa dirugikan, tetapi ditolak oleh MK. Akhirnya, Joko Widodo dilantik, diambil sumpahnya, dan sah menjadi seorang Presiden pada tanggal 20 Oktober 2014.

    Presiden Jokowi pada tanggal 26 Oktober 2014 akhirnya mengumumkan kabinet kerjanya. Rinciannya adalah sebagai berikut :

  • ·         Menteri Sekretaris Negara: Pratikno
  • ·         Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan    Nasional: Andrinof Chaniago
  • ·         Menteri Koordinator Perekonomian: Sofyan Djalil
  • ·         Menteri Keuangan: Bambang Brodjonegoro
  • ·         Menteri Perindustrian: Saleh Husin
  • ·         Menteri Perdagangan: Rahmat Gobel
  • ·         Menteri Pertanian: Amran Sulaiman
  • ·         Menteri Tenaga Kerja: Hanif Dakhiri
  • ·         Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah: Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga
  • ·         Menteri Badan Usaha Milik Negara: Rini Soemarno
  • ·         Menteri PU dan Perumahan Rakyat: Basuki Hadimulyono
  • ·         Menteri Agraria, Tata Ruang, dan Kepala BPN: Ferry Mursyidan Baldan
  • ·         Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup: Siti Nurbaya
  • ·         Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Puan Maharani
  • ·         Menteri Kesehatan: Nila F Moeloek
  • ·         Menteri Sosial: Kholifah Indar Parawansa
  • ·         Menteri Agama: Lukman Hakim Saifuddin
  • ·         Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Yonaha Yembise
  • ·         Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi: Marwan Jafar
  • ·         Menteri Pemuda dan Olahraga: Imam Nahrawi
  • ·         Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah: Anies Baswedan
  • ·         Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi: M Nasir
  • ·         Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan: Tedjo Edhi Purdijatno
  • ·         Menteri Dalam Negeri: Tjahjo Kumolo
  • ·         Menteri Luar Negeri: Retno LP Marsudi
  • ·         Menteri Pertahanan: Ryamizard Ryacudu
  • ·         Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia: Yasonna H Laoly
  • ·         Menteri Komunikasi dan Informatika: Rudyantara
  • ·         Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Yuddy Chrisnandi
  • ·         Menteri Koordinator Kemaritiman: Indroyono Soesilo
  • ·         Menteri Kelautan dan Perikanan: Susi Pudjiastuti
  • ·         Menteri Perhubungan: Ignasius Jonan
  • ·         Menteri Pariwisata: Arief Yahya
  • ·         Menteri ESDM: Sudirman Said

    Terhitung ada delapan menteri perempuan yang dipercaya Jokowi dan JK sebagai pembantunya. Para perempuan ini datang dari pelbagai latar belakang. Mulai dari politisi, akademisi, birokrat karir, hingga praktisi atau pelaku bisnis. Sisi menarik dari menteri perempuan dalam Kabinet Kerja ini adalah ditunjuknya Yohana Yambise selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Yohana menjadi perempuan pertama dari Papua yang diberi kepercayaan duduk di kursi menteri. Adapun Susi menjadi menteri yang hanya berijazah SMP. Keputusan Presiden Jokowi menunjuk Susi merupakan terobosan tersendiri. Jejak akademik sepertinya dikecualikan saat Jokowi melakukan fit and proper test. Di sini, selaku presiden, Jokowi lebih melihat rekam jejak Susi sebagai pengusaha bidang perikanan dan penerbangan. Susi memang dikenal sukses dengan bisnis ikannya yang dilabeli Susi Brand. Kepak bisnisnya juga diakui lewat Susi Air. Raihan ijazah akademik rupanya tak membatasi ruang gerak Susi untuk bisa mandiri secara ekonomi.
    Mungkin sekian dari saya analisis tentang Presiden Indonesia yang baru 2014. Saya sangat berharap Presiden terpilih sekarang (Bapak Joko Widodo) selalu memegang teguh dan menepati semua janji-janjinya pada saat kampanye dan pada debat yang waktu itu membuat saya sangat terkesan. Semoga dapat membuat Indonesia jauh lebih baik dari sebelumnya, membuat seluruh masyarakatnya semakin sejahtera terutama pada yang rakyat yang tidak mampu,  dan membuat Indonesia menjadi negara hebat di bidang ekonomi dan segala bidang sehingga bisa dipuji oleh masyarakat dunia.

0 komentar:

Posting Komentar